Jumat, 04 September 2009

KERUPUK TERASI BUBUK

KERUPUK

TERASI BUBUK

PENDAHULUAN

Salah satu program pemerintah yang sedang digalakkan saat ini adalah program peranan ikan dalam penanggulangan “Malnutrisi”. Malnutrisi ini disebabkan karena kurang mengkonsumsi kalori dari protein. Pada umumnya terjadi pada anak-anak dan wanita hamil. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dapat diperoleh dengan mengkonsumsi daging hewan, telur dan susu. Akan tetapi makanan ini harganya relatif mahal dan sulit dijangkau untuk kelompok masyarakat ekonomi lemah alias miskin.

Protein ikan hampir mendekati protein hewani, mudah diperoleh dan harganya relatif murah. Oleh karena itu ikan sangat baik digunakan dalam memenuhi kecukupan kalori protein hewani ; sehingga perlu meningkatkan kontribusi ikan sebagai suplai protein bernilai tinggi kepada masyarakat.

Produk tradisional ikan merupakan makanan sehari-hari yang hampir disukai semua golongan masyarakat, dan banyak dijual dipasaran umum. Produk tradisional ini apabila dikembangkan, akan menjadi produk unggulan suatu daerah, khususnya daerah Kabupaten Langkat. Produk tradisional berbasis ikan tersebut adalah kerupuk ikan/udang dan terasi.

Kedua macam produk tradisional ini apabila dilakukan perbaikan, baik dari segi mutu maupun kemasannya akan berdampak kepada peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat pantai atau nelayan. Maka dari itu peningkatan SDM pelaku industri produk tradisional berbasis ikan akan sangat penting untuk menanggulangi “Malnutrisi” dan Kemiskinan.

PENGOLAHAN PRODUK TRADI-SIONAL BERBASIS IKAN

A. KERUPUK

Kerupuk ikan atau udang adalah sejenis kerupuk yang dibuat dari tapioka sebagai bahan utama, dan ikan/udang serta bahan-bahan lainnya sebagai bumbu penyedap.

Bahan-bahan

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat ikan atau udang adalah sebagai berikut :

Bahan

Jumlah

· Ikan (tenggiri, berdaging putih lebih baik)/ Udang

· Bahan Bumbu :

- bawang putih

- gula

- garam

· Kuning telur ayam

· tepung tapioka

· Air

250 gr

15 gr

10 gr

20 gr

2 btr

500 gr

200 ml

Peralatan

- Kompor Minyak tanah

- Dandang/Kukusan

- Pisau stainlles steel

- Cetakan loyang

- Baskom plastik

- Kuali besi dan sendok goreng

- Tapisan minyak gorengan

- Mesin pengaduk adonan(Air Lux)

- Timbangan 2 kg

- Alat pengemasan (sealer)

- Celemet

Cara Pengolahannya

a. Pembuatan daging lumat:

· Ikan disiangi untuk dibuang kepala dan jeroan, kemudian dicuci dan dipisahkan bagian daging dari kulitnya.

· Daging yang diperoleh dilumatkan dengan meat extruder/mixer,

· Produk ini dikenal dengan nama surimi.

b. Pengolahan kerupuk :

* Ikan/udang yg telah di pisahkan dari tulang di kukus sampai masak, lalu di tumbuk halus.

· Campurkan tepung tapioca dengan air sedikit demi sedikit, lalu masukkan ikan, telur bebek, gula, dan garam. Aduk hingga rata. Untuk hasil yg lebih bagus, adonan di gilas berulang-ulang sampai kalis.

· Bentuk panjang dan pipih lalu kukus adonan sampai matang, angkat dan dinginkan selama 1 malam. Iris halus dan jemur sampai benar-benar kering

· Bila ingin dikonsumsi bentuk ini langsung dapat digoreng. Tetapi bila ingin disimpan dapat dikemas dalam plastik HDPE.

B. TERASI IKAN/UDANG BUBUK

Terasi adalah produk olahan dengan bahan baku utamanya udang kecil atau rebon (Atya sp.) dan ikan teri atau ikan rucah. Produk ini berupa padatan berwarna coklat, abu-abu atau merah karena adanya tambahan zat pewarna dan mempunyai aroma yang khas.

Terasi Bubuk merupakan produk lanjutan dari pasta terasi. Dalam hal proses pengolahannya hanya melakukan penggilingan, pengeringan dan penepungan. Pasta terasi yang dihasilkan digiling terlebih dahulu kemudian dikeringkan dalam oven pengering atau dibawah panas matahari. Setelah kering dilakukan penepungan dengan alat penepung sehingga diperoleh tepung terasi yang siap dikemas.

Bahan-bahan

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat Terasi ikan/udang adalah sebagai berikut :

Bahan

Jumlah

· Ikan rucah/ Udang rebon

· Garam

10 kg

3 kg

Peralatan

- Bak (tong kayu/plastik)

- Pisau stainlles steel

- Baskom plastik

- Tampah (nyiru)

- Alat Pengering

- Alat Penepung

- Timbangan 5 kg

- Alat pengemasan (sealer)

- Celemet

Cara Pengolahannya

a. Pembuatan Terasi:

· Ikan rucah/udang rebon dicuci bersih dari kotoran, lalu dimasukkan kedalam baskom penggaraman dan ditambahkan garam dan aduk sampai rata.

· Tutup bak dan biarkan campuran ikan garam selama 1 – 7 hari (fermentasi I).

· Setelah fermentasi I, jemur/dikeringkan sampai setengah kering, kemudian ditumbuk sampai lumat, lalu dijemur/dikeringkan lagi. Lakukan hal tersebut selama 2 – 4 hari (fermentasi II).

b. Terasi Bubuk:

· Terasi yang telah jadi diatas dikeringkan sampai kandungan airnya mencapai 10 %.

· Setelah kering, terasi dimasukan kedalam alat penepung/penggiling kopi, lalu disaring/diayak sehingga diperoleh terasi bubuk.

· Selanjutnya dikemas dalam botol plastik.

*******SELAMAT MENCOBA*********

KAKI NAGA TORTILA

KAKI NAGA

TORTILA

PENDAHULUAN Salah satu program pemerintah yang sedang digalakkan saat ini adalah program peranan ikan dalam penanggulangan “Malnutrisi”. Malnutrisi ini disebabkan karena kurang mengkonsumsi kalori dari protein. Pada umumnya terjadi pada anak-anak dan wanita hamil. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dapat diperoleh dengan mengkonsumsi daging hewan, telur dan susu. Akan tetapi makanan ini harganya relatif mahal dan sulit dijangkau untuk kelompok masyarakat ekonomi lemah alias miskin. Protein ikan hampir mendekati protein hewani, mudah diperoleh dan harganya relatif murah. Oleh karena itu ikan sangat baik digunakan dalam memenuhi kecukupan kalori protein hewani ; sehingga perlu meningkatkan kontribusi ikan sebagai suplai protein bernilai tinggi kepada masyarakat. Makanan jajanan merupakan makanan sehari-hari yang hampir disukai semua golongan masyarakat, terutama anak-anak.Makanan jajanan yang banyak dijual dipasaran umumnya kurang sekali mengandung sistin, isoleusin dan threonin yang merupakan asam amino protein sangat dibutuhkan oleh tubuh. Sedangkan ikan mengandung asam amino tersebut diatas dalam jumlah tinggi. Maka dari itu Fortifikasi ikan kedalam produk makanan jajanan sangat penting untuk menanggulangi “Malnutrisi”. PENGOLAHAN PRODUK MAKANAN JAJANAN BERBASIS IKAN A. KAKI NAGA Kaki Naga merupakan suatu bentuk produk olahan dari daging ikan yang digiling halus dan ditambahkan bumbu-bumbu. Kemudian dicampur dengan bahan pengikat dan dicetak menjadi bentuk kaki naga. Setelah itu dilumuri dengan better dan breading, kemudian dikemas atau dapat langsung digoreng dan disimpan dalam alat pendingin. Bahan-bahan Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat Kaki Naga adalah sebagai berikut : Bahan Jumlah 1. Bahan Isi : a. Ikan (tenggiri/ berdaging Putih lebih baik) b.Bahan Bumbu : - bawang putih - jahe bubuk - Penyedap (Royco) - Lada/merica - Ketumbar bubuk - Minyak wijen - Gula - Garam c. Tepung tapioka 2. Lapisan : a. Tepung predust : - Tepung terigu - Tepung maizena - Bumbu Royco b. Tepung premix - Tepung terigu - Tepung maizena - Baking powder - Telur ayam - Bumbu royco c. Tepung roti/panir 3. Minyak goreng 500 gr 50 gr ½ sdt 1 bks 1 sdt ½ sdt 1 sdt 1 sdt 1 sdt 50 gr 75 gr 25 gr 1 bks 70 gr 30 gr ½ sdt 2 butir 1 bks 200 gr Secukupnya Peralatan - Kompor Minyak tanah - Pisau stainlles steel - Cetakan loyang - Baskom plastik - Kuali besi dan sendok goreng - Tapisan minyak gorengan - Mesin pengaduk adonan(Air Lux) - Timbangan 2 kg - Alat pengemasan (sealer) - Celemet Cara Pengolahannya a. Pembuatan daging lumat: • Ikan disiangi untuk dibuang kepala dan jeroan, kemudian dicuci dan dipisahkan bagian daging dari kulitnya. • Daging yang diperoleh dilumatkan dengan meat extruder/mixer, • Produk ini dikenal dengan nama surimi. b. Kaki Naga : • Semua Bahan Isi dicampur yaitu daging lumat atau surimi ditambah bumbu-bumbu (campuran bawang putih, penyedap Royco, lada, gula, garam, minyak wijen dan jahe), tepung tapioka. Kemudian diaduk sampai merata sehingga membentuk adonan. • Adonan tersebut dibentuk berupa kepalan kaki nagaseberat 15 gr dan ditusuk dengan lidi. • Setelah itu kaki naga tersebut digulingkan dalam tepung predust sampai rata • Dimasukan kedalam larutan premix, angkat terus letakkan diatas tepung roti, tutup dengan tepung roti, tekan sedikit agar tepung roti lengket, angkat dan rapikan. • Bila ingin dikonsumsi bentuk ini langsung dapat digoreng. Tetapi bila ingin disimpan dapat dibekukan dalam freezer. B. TORTILLA IKAN/UDANG Tortilla ikan atau udang merupakan salah satu produk makanan selingan (snack). Tortilla pada awalnya merupakan makanan khas daerah Meksiko berbentuk lempengan tipis dengan bahan baku jagung. Akan tetapi tortilla masih dapat dibuat dari berbagai bahan baku. Namun Tortila jagung ini kurang mengandung protein hewani Oleh sebab itu diversifikasi bahan baku merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai gizi yakni dengan menggantikannya dengan bahan baku ikan atau udang. Bahan-bahan Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat Tortilla ikan/udang adalah sebagai berikut : Bahan Jumlah • Ikan (tenggiri)/ Udang Putih lebih baik) • Bahan Bumbu : - bawang putih - penyedap/Royco - baking powder • telur ayam, • tepung tapioka, • gula 500 gr 100 gr 3 bks Secukupnya 1 butir 500 gr 2 sdt Peralatan - Kompor Minyak tanah - Pisau stainlles steel - Baskom plastik - Kuali besi dan sendok goreng - Tapisan minyak gorengan - Mesin pengaduk adonan(Air Lux) - Timbangan 2 kg - Alat pengemasan (sealer) - Celemet Cara Pengolahannya a. Pembuatan daging lumat: • Ikan disiangi untuk dibuang kepala dan jeroan, kemudian dicuci dan dipisahkan bagian daging dari kulitnya. • Daging yang diperoleh dilumatkan dengan meat extruder/mixer, b. Tortilla Ikan : • Daging lumat atau surimi ditambah bumbu-bumbu (campuran bawang putih, penyedap Royco, baking powder, tepung tapioka, telur, jahe dan gula. Kemudian diaduk sampai merata sambil ditambah air sedikit demi sedikit sehingga membentuk adonan. • Adonan tersebut dibentuk berupa lempengan tipis (1- 2 mm) dan dicetak bulat/segitiga atau sesuai selera. • Selanjutnya digoreng.

Rabu, 02 September 2009

BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR POTENSI EKONOMI MASA DEPAN

Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Mungkin sepotong kalimat itu menunjukkan kepada kita bahwa dengan memulai sesuatu akan lebih baik daripada tidak mencoba memberikan sedikit kontribusi yang tanpa kita sadari padahal itu yang terbaik dari diri kita. Berbicara tentang rencana pembangunan bangsa pada jangka panjang dua puluh tahun, salah satunya akan memfokuskan pada perwujudan Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri dan kuat. Laut dan pulau-pulau di sekitarnya yang akan menjadi kekuatan dari pembangunan nasional itu sendiri. Jika kita sadari, ternyata Provinsi Kepulauan Bangka – Belitung dapat menjadi salah satu sasaran untuk itu. Sesuai dengan UU No. 22/1999, provinsi kepulauan yang terbilang masih muda dengan umur baru menginjak delapan tahun namun memiliki perairan 65.281 Km2 lebih luas jika dibandingkan daratannya yang hanya seluas 16.281 Km2 . Kondisi ini tentunya dapat menjadi fokus pembangunan pemerintah daerah untuk mengembangkan pembangunan ke depannya yang diprioritaskan pada sektor bahari. Perairan yang dibicarakan di sini tentunya mencakup perairan darat maupun laut. Persepsi masyarakat mungkin akan tertuju pada sektor kelautan yang diharapkan akan menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini ditunjukkan dengan hasil ikan laut di provinsi ini pada tahun 1998 sebelum provinsi ini dideklarasikan menunjukkan bahwa total dari volume ikan laut untuk Kabupaten Bangka, Belitung dan Pangkalpinang sebesar 123.046 ton (Sumber: Bangka, Belitung dan Pangkalpinang dalam angka 1998 (BAPPEDA)). Bahkan saat sekarang ada sebagian industri kecil yang telah mengelola ikan laut menjadi makanan khas provinsi ini misalnya diolah menjadi kemplang/kerupuk, abon ikan, ikan asin, dan lain sebaginya.Tidak selamanya subsektor perikanan laut dapat menjadi sumber pendapatan untuk sebuah daerah. Terkadang ada saat tertentu pasti akan terjadi penurunan hasil laut yang dikarenakan kondisi cuaca yang tidak mendukung para nelayan untuk mendapatkan hasil tangkapan berupa hasil laut, apalagi pada saat musim seperti sekarang ini. Mengingat sektor perikanan akan tetap menjadi salah satu sektor unggulan di negeri ini, maka akan sangat tepat jika kita mulai memberi perhatian yang lebih pada sektor perikanan air tawar. Namun apakah budidaya ikan air tawar ini dapat memberikan kontribusi bagi sektor perikanan? Atau mungkinkah subsektor perikanan, khususnya budidaya ikan air tawar akan terus eksis di negeri serumpun sebalai ini? Beberapa pertanyaan seperti tersebut di atas mungkin akan timbul di benak kita. Jawabannya dapat kita lihat sendiri, bahwa pemerintah daerah telah memulai untuk itu dan diharapkan masyarakat mau memulai budidaya ikan air tawar dapat semakin marak seiring dengan memanfaatkan kolong-kolong eks penambangan timah yang tidak terpakai lagi. Walaupun hanya sebagian kecil masyarakat kita telah memulai mengembangkan budidaya ikan air tawar tersebut. Timbul pertanyaan mengapa budidaya ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil dari masyarakat kita? Pasti ada masalah atau kendala-kendala yang menjadi penyebabnya sehingga untuk budidaya ini jumlahnya sangat sedikit sekali. Hal ini bisa dikarenakan mahalnya bibit dari ikan air tawar itu sendiri atau semakin mahalnya harga pakan ternak untuk makanan ikan air tawar tersebut, serta kurangnya penyuluhan-penyuluhan untuk menambah keterampilan petani ikan air tawar dalam meningkatkan nilai tambah hasil produksi.Namun jika kita kaji lebih dalam, ternyata ikan air tawar dapat dijadikan salah satu potensi ekonomi masa yang depan dan keuntungan bagi masyarakat sendiri khususnya dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga hubungannya dengan pemenuhan hidup sehari-hari. Untuk tingkat lokal sendiri dapat dijadikan konsumsi masyarakat sehari-hari. Jika ada suatu pembelajaran yang baik pasti suatu saat akan menjadi salah satu komoditi ekspor ke luar negeri, seperti : udang, ikan kerapu, kakap merah, kepiting dan cumi-cumi. Dengan memanfaatkan potensi lahan yang masih luas untuk dijadikan tambak ikan atau udang air tawar, secara tidak langsung dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Selain itu, lokasi eks penambangan timah minimal dapat sedikit memberikan nilai tambah, jika areal atau lokasi tersebut dapat dikelola dengan baik untuk budidaya ikan air tawar. Apakah semua itu bisa terwujud? Yang pasti tidak ada yang tidak bisa. Asal ada kemauan pasti akan ada jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut. Usaha ini pasti akan terwujud dengan satu tekad dan tujuan untuk membawa negeri ini ke arah yang lebih baik. Dengan perencanaan, pengelolaan serta pemasaran yang baik dari budidaya ikan air tawar pasti tujuan yang diinginkan akan tercapai. Memang ini bukan merupakan PR (Pekerjaan Rumah) pemerintah daerah sendiri. Bantuan pihak-pihak lain tentunya sangat diperlukan untuk keberhasilan program pengembangan budidaya Ikan air tawar ke depan. Kita yakin pihak universitas dan masyarakat tidak akan tinggal diam dalam menyikapi hal ini dan pasti akan berperan aktif jika memang diperlukan. Kerjasama berupa, penelitian, pelatihan keterampilan tenaga kerjanya baik teknis di lapangan maupun manajemen pengelolaan dan pemasaran ikan air tawar itu sendiri sehingga tujuan akhirnya dapat tercapai yakni untuk memberikan andil yang besar dalam menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam hal ini, memang masyarakat lah yang harus memulai dan mampu membuktikan bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan wilayah yang tidak hanya unggul dalam pada subsektor perikanan laut namun perikanan air tawar juga harus diperhitungkan. Karena tidak menutup kemungkinan investor dapat beralih ke sektor ini setelah berakhirnya pasca timah. Apalagi letak geografis dari propinsi yang sangat mendukung untuk sarana pemasaran ke luar atau ke dalam negeri. Dari saluran distribusi telah memungkinkan kita untuk berani menerobos pasar-pasar yang ada di luar Babel sendiri. Sarana transportasi laut di propinsi ini telah tersedia dan bisa dikatakan cukup untuk itu. Dengan kondisi-kondisi tersebut di atas, kita yakin investor pasti akan datang dengan sendirinya tanpa harus menunggu dengan alasan kurangnya data dan informasi serta fasilitas-fasilitas yang ada. Kita sangat berharap semoga pimpinan daerah yang akan terpilih pada pilkada nanti dapat menjadikan sektor ini sebagai salah sektor unggulan dalam program pembangunan Bangka Belitung lima tahun yang akan datang.Akankah pada kenyataannya nanti kita dapat menunjukkan bahwa budidaya ikan air tawar memang merupakan salah sektor ekonomi potensial masa yang akan datang di Bumi Serumpun Sebalai sehingga kita dapat berkata memang belum terlambat untuk memulainya dari sekarang. (Publikasi Babel Pos. Feb.2007) Written By : Darus Altin Dosen Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung Alamat Blog : http://bangaltin.blogspot.com/

PERTANIAN TERPADU SEBAGAI PILAR KEBANGKITAN BANGSA INDONESIA

PERTANIAN TERPADU SEBAGAI

PILAR KEBANGKITAN BANGSA INDONESIA

Oleh: R. Umar Hasan Saputra

I. PENDAHULUAN

Sejak Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya tahun 1945, bangsa ini telah melalui berbagai orde dalam upaya membangun dan menata dirinya. Tercatat orde yang telah dilalui adalah orde lama, orde baru dan orde reformasi, sampai entah orde apa namanya pada saat ini. Orde pembangunan yang telah silih berganti tersebut ternyata belum mampu mensejahterakan kehidupan rakyat, bahkan saat ini terdapat indikasi bahwa kehidupan rakyat semakin menderita.

Seandainya benar Indonesia digambarkan sebagai ibu pertiwi maka orde pembangunan yang selama ini ada masih membuat ibu pertiwi “bersusah hati” dan “berwajah muram”. Belum ada satu orde pun yang mampu membuat ibu pertiwi “bahagia”, “berwajah cantik” dan “berseri”. Memang sangat ironis, Indonesia sebagai suatu negeri yang sangat kaya bagai untaian zamrud katulistiwa harus mengalami kejadian seperti sekarang ini, sangat memilukan sekaligus memalukan.

Dalam perjalanannya, diakui atau tidak, sesungguhnya orde baru-lah yang pernah membuat pembangunan di Indonesia terencana dan terlaksana dengan cukup baik melalui program PELITA-nya. Sampai PELITA ketiga, pembangunan diprogramkan secara benar dan dilaksanakan dengan sangat baik dengan pertanian sebagai basis utama, sehingga Indonesia yang tadinya merupakan negara pengimpor beras terbesar di dunia menjadi negara pengekspor beras. Setelah pertanian “dikuasai”, mulai PELITA keempat Indonesia mengalihkan arah pembangunannya ke pembangunan sektor industri dengan sumber dana utama berasal dari investasi asing yang biasanya berbentuk pinjaman baik pinjaman pemerintah maupun swasta. Mengingat saat itu Indonesia merupakan negara yang sangat stabil dengan kemajuan ekonomi yang sangat nyata maka investasi atau pinjaman tersebut mengalir sangat deras masuk ke Indonesia.

Secara teori pembangunan sektor industri yang dimaksud pada saat itu tidak meninggalkan sektor pertanian. Hanya saja pada kenyataannya sektor pertanian pada masa itu dinomorduakan dibanding sektor industri. Akibatnya Indonesia jatuh kembali menjadi negara pengimpor beras, atau bahkan pengimpor sumber-sumber pangan yang lainnya seperti sekarang ini. Mulai saat itu hampir tidak ada lagi kemandirian pangan dari bangsa ini karena pertanian diabaikan dan banyak segala sesuatunya harus diimpor.

Terlepas ada tidaknya skenario global dalam masalah ini, ternyata banyak dari pinjaman yang diberikan mulai jatuh tempo harus dibayar mulai tahun 1997. Pada tahun yang sama pun terjadi krisis finansial pada bath Thailand yang ternyata berdampak pada rupiah Indonesia. Ironisnya krisis finansial dari Thailand yang seharusnya merupakan angin sepoi-sepoi, di Indonesia angin tersebut menjadi badai. Di Indonesia krisis finansial ini terus berlanjut menjadi krisis ekonomi yang salah satunya ditandai dengan banyaknya industri berbahan baku impor mengalami kebangkrutan yang kemudian disusul dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) para karyawannya.

Krisis ekonomi ini menjadi semakin parah karena Indonesia telah mengabaikan pertaniannya. Pada saat itulah orang Indonesia mulai kekurangan pangan. Hungri man angri man, karena kekurangan pangan (lapar) inilah rakyat Indonesia mulai sulit untuk diatur dan tidak taat hukum dan aturan sehingga krisis yang terjadi di Indonesia terus berlanjut menjadi krisis multidimensi, yang belum dapat diatasi sampai kini.

II. DASAR PEMIKIRAN

Apa yang telah terjadi pada bangsa Indonesia saat ini merupakan buah dari apa yang telah dilakukan oleh bangsa ini sebelumnya. Namun demikian tidak benar pula apabila kita terus menyalahkan apa yang telah dilakukan pada masa sebelumnya tanpa adanya upaya keras dari kita untuk memperbaiki keadaan. Apa yang dilakukan bangsa Indonesia sebelumnya, walaupun merupakan suatu kesalahan adalah suatu proses atau perjalanan sejarah yang tidak perlu terlalu disesali, tetapi harus dikaji agar tidak terulang pada masa selanjutnya. Yang harus dilakukan bangsa ini adalah bagaimana menyongsong masa hadapan dan tidak terjebak dalam kungkungan kesalahan-kesalahan masa lalu.

Pertanian yang terabaikan adalah salah satu contoh kesalahan masa lalu yang berdampak sangat luas terhadap kondisi Indonesia saat ini secara keseluruhan. Suatu kepastian bahwa pertanian sebagai penyedia kebutuhan dasar manusia, yakni pangan, harus kembali menjadi prioritas utama pembangunan di Indonesia disamping sektor pendidikan. Permasalahannya kini, pertanian seperti apakah yang harus dikembangkan agar mampu menyediakan pangan yang aktual bagi bangsa ini secara berkelanjutan.

Secara harfiah, pertanian dapat diartikan sebagai upaya pemanenan sinar matahari, atau transformasi energi matahari menjadi energi organik. Ditinjau dari komoditasnya, pertanian terdiri pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, hortikultura, peternakan dan perikanan, sedangkan apabila ditinjau dari ilmu yang membangunnya, pertanian dibangun dari ilmu-ilmu keras (hard sciences) dan ilmu-ilmu lunak (soft sciences) baik pada kekuatan ilmu-ilmu dasar, terapan dan lanjutan maupun ilmu-ilmu kawinannya.

Berdasarkan pengertian pertanian di atas, terlihat bahwa pertanian merupakan suatu ilmu dan produk dari suatu komoditi dengan cakupan yang sangat luas. Selanjutnya memandang cakupannya yang demikian maka pengembangan ilmu-ilmu pertanian tidak dapat berdiri sendiri. Mereka harus dipadukan sehingga dihasilkan suatu teknologi yang mampu menyediakan pangan bagi bangsa ini secara berkelanjutan (sustainable). Dengan demikian pada gilirannya nanti teknologi yang dihasilkan tidak lagi terkungkung pada satu bidang ilmu saja, tetapi sudah merupakan teknologi frontier. Oleh karena itu ditinjau dari ilmu-ilmu yang membangunnya ilmu pertanian yang harus dikembangkan adalah ilmu pertanian terpadu.

Walaupun ditinjau dari komoditinya cakupan pertanian sangat luas, namun sesungguhnya mereka saling mengadakan interaksi dalam suatu ekosistem. Ekosistem inilah yang membentuk pertanian secara keseluruhan. Sebagai contoh sederhana adalah apabila dalam suatu kawasan ditanam jagung, maka ketika jagung tersebut panen, hasil sisa tanaman merupakan limbah yang harus dibuang oleh petani. Tidak demikian halnya apabila di kawasaan tersebut tersedia ternak ruminansia, limbah tersebut merupakan berkah karena akan menjadi makanan bagi hewan ruminansia tersebut. Hubungan timbal balik akan terjadi ketika ternak mengeluarkan kotoran yang digunakan untuk pupuk bagi tanaman yang ditanam di kawasan tersebut.

Apabila pertanian dikembangkan secara sendiri-sendiri maka sisa tanaman, atau kotoran dari ternak merupakan limbah yang dapat menimbulkan masalah dan penanganannya memerlukan biaya tinggi sehingga akan meningkatkan biaya produksi usaha pertanian. Bila demikian halnya sama seperti pada pengembangan ilmu pertanian, secara produksi pun pertanian memerlukan keterpaduan atau pertanian terpadu. Oleh karena itu pertanian terpadu merupakan pilar utama kebangkitan bangsa Indonesia karena akan mampu menyediakan pangan yang aktual bagi bangsa ini secara berkelanjutan.

Pertanian terpadu pada hakekatnya merupakan pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga aliran nutrien dan energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah yang akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi yang terjaga secara efektif dan efisien.

III. PENGEMBANGAN PERTANIAN TERPADU

A. Pendidikan Pertanian Terpadu

Sebelumnya telah diungkapkan bahwa pertanian yang harus dikembangkan di Indonesia adalah pertanian terpadu. Seperti juga pembangunan sektor-sektor lain maka pendidikan sebagai upaya penyedia sumberdaya manusia dalam bidang pertanian terpadu harus dilaksanakan. Pendidikan pertanian terpadu merupakan langkah utama yang harus dilaksanakan dalam upaya pengembangan pertanian secara keseluruhan. Pendidikan inilah yang akan mencetak tenaga-tenaga ahli pertanian terpadu sehingga sanggup siap serta mampu mengaplikasikan dan bekerja secara nyata di lapangan di lapangan. Hanya manusia-manusia yang telah melalui pendidikan secara benarlah yang akan mampu mengadakan lompatan-lompatan teknologi dalam bidang pertanian terpadu ini.

Permasalahannya kini bagaimana pendidikan pertanian terpadu secara formal dapat dilaksanakan terutama pada tingkat pendidikan tinggi. Paradigma pendidikan tinggi pertanian Indonesia saat ini dari mulai awal (baik strata S0 maupun S1) telah mengacu pada suatu komoditas. Dengan demikian apabila pendidikan pertanian terpadu ini dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung akan merubah paradigma yang selama ini ada.

Untuk menjawab permasalah di atas, ada baiknya dibahas terlebih dahulu pada taraf mana masing-masing strata tersebut berada. Strata 0 dan 1 (diploma atau sarjana) merupakan strata pendidikan yang berada pada taraf aksiologi atau pemanfaatan ilmu. Pada taraf ini lulusan tidak dituntut untuk memahami metode dari suatu ilmu namun mereka harus mampu mengaplikasikan ilmu tersebut di lapangan. Selain itu pada taraf ini mereka dianggap belum mempunyai kemampuan yang cukup untuk melakukan pengembangan ilmu melalui penelitian. Hal inilah yang menyebabkan dalam tulisan S0 maupun S1 tidak dikatakan melakukan penelitian, tetapi melakukan percobaan.

Strata 2 (magister) dikatakan berada pada taraf epistimologi atau metode ilmu. Pada taraf ini lulusan disamping telah mampu mengaplikasikan ilmu, mereka pun harus mampu mengembangkan aplikasi dari ilmu tersebut berdasarkan metode-metode yang telah dipelajari. Pada taraf S2 inilah maka lulusan sudah cukup dipercaya untuk melaksakan penelitian untuk pengembangan ilmunya, dan pada tulisannya tidak lagi dikatakan percobaan.

Strata 3 (doktor) merupakan strata terakhir dan berada pada taraf ontologi atau hakekat ilmu. Pada taraf ini seorang lulusan disamping telah memahami tentang metode-metode dalam ilmunya, mereka pun harus memahami posisi maupun hakekat dari ilmu yang dipelajarinya.

Tinjauan aksiologi, epistimologi maupun ontologi telah menunjukkan bahwa pertanian terpadu hanya dapat dilaksanakan pada taraf aksiologi. Dengan demikian pendidikan tinggi pertanian terpadu hanya berada pada tingkat diploma dan sarjana dan tidak pada tingkat pascasarjana baik magister maupun doktor.

Menurut pemikiran penulis berdasarkan tinjauan di atas dan keadaan di lapangan yang menuntut keterpaduan berbagai bidang ilmu, program pendidikan yang sebaiknya dikembangkan pada strata 0 dan I adalah program pendidikan pertanian terpadu. Pada strata II adalah program pendidikan berdasarkan komoditas seperti peternakan, perikanan, pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan dan holtikultura sedangkan pada strata III program pendidikan berdasarkan ilmu seperti fisiologi, nutrisi, genetika dan sebagainya. Keterpaduan yang dimaksud pada strata I disamping mempelajari masalah produksi, pun dipelajari masalah pengolahan maupun pemasarannya sehingga lulusan pada taraf S0 dan S1 ini akan sanggup siap serta mampu mengelola alam ini secara benar dan bertanggung jawab.

B. Produksi Pertanian Terpadu

Produksi dalam bidang pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi sehingga dapat dipanen secara seimbang. Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan. Pada kawasan ini sebaiknya ada sektor produksi tanaman, peternakan maupun perikanan. Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai.

IV. METODE SAINS FALSAFIYYAH DALAM PERTANIAN TERPADU

Metode sains falsafiyyah mengukur kebenaran sesuatu dalam 3 taraf. Ketika kebenaran diperoleh hanya berdasarkan nalar dengan dukungan teori-teori universal dan biasanya bersifat deduktif, maka kebenaran berada pada taraf ilm al-yaqin (baca ilmul yaqin), sedangkan ketika kebenaran diperoleh dari hasil percobaan atau pengamatan secara empiris, maka kebenaran tersebut berada pada taraf ain al-yaqin (baca ainul yaqin). Selanjutnya kebenaran ketiga adalah kebenaran yang didasarkan pada firman Tuhan yang ada dalam kitab suci. Kebenaran ketiga ini biasa dikatakan dalam kebenaran mutlak atau berada pada taraf haq al-yaqin (baca haqqul yaqin) (Nasoetion, 1999).

Permasalahannya kini, apakah benar pertanian terpadu merupakan pilar utama dalam upaya bangsa Indonesia untuk bangkit dan memperbaiki keadaan dengan menyediakan pangan yang aktual. Oleh karena itu kebenaran pertanian terpadu ini akan ditinjau dengan metode sains falsafiyyah pada masing-masing taraf.

A. Taraf Kebenaran Ilm Al-yaqin

Berdasarkan teori-teori yang ada, argumentasi kebenaran pertanian terpadu sebagai penyedia pangan yang paling efektif dan efisien sudah tidak diragukan lagi. Siklus dan keseimbangan nutrien serta energi yang akan membentuk suatu ekosistem secara keseluruhan akan terjadi dalam sistem pertanian terpadu. Dengan demikian secara deduktif pertanian terpadu akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi yang berupa peningkatan hasil produksi dan penurunan biaya produksi.

B. Taraf Kebenaran Ain Al-yaqin

Pengamatan dan percobaan secara empiris telah menunjukkan bahwa pertanian terpadu merupakan bentuk pertanian yang paling baik karena hampir tidak ada komponen (yang dalam pertanian tidak terpadu dapat saja dikatakan limbah) yang terbuang. Tercatat beberapa negara telah mengembangkan pertanian terpadu secara sukses seperti Cina dan Ekuador. Selain itu pengalaman penulis di salah satu lokasi pertanian di Jawa Barat dengan menerapkan sistem pertanian terpadu telah mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi. Dengan demikian berdasarkan apa yang telah dilakukan bangsa lain dan pengamatan serta pengalaman empiris penulis maka disimpulkan kebenaran pertanian terpadu pun berada pada taraf ain al-yaqin. Walaupun contoh-contoh yang diambil belum banyak namun pengambilan kesimpulan ini bersifat induktif.

C. Taraf Kebenaran Haq Al-yaqin

Taraf kebenaran haq al-yaqin didasarkan pada firman Tuhan dalam kitab suci, dan karena penulis seorang muslim maka kitab yang menjadi rujukan adalah Al-qur’an. Dalam Al-qur’an surat Al-Hijr ayat 19-20 Tuhan berfirman sebagai berikut :

Dan kami hamparkan bumi, kami jadikan pada bumi tersebut gunung-gunung, dan kami tumbuhkan segala sesuatunya (di bumi) dengan menjaga keseimbangan (ekosistemnya) agar bumi ini kami jadikan sebagai sumber rezeki bagi kamu (manusia) dan bagi mahluk lain yang rezekinya bukan urusan kamu” (QS.15:19-20).

Dari firman di atas telah jelas bahwa Tuhan menggambarkan bahwa menumbuhkan sesuatu (pertanian) harus dengan menjaga keseimbangan ekosistemnya. Sementara dalam bagian sebelumnya penulis telah menyatakan bahwa pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem adalah pertanian terpadu. Dengan demikian Tuhan pun menginginkan adanya pertanian terpadu.

Dengan pertanian terpadu (keseimbangan ekosistem yang terjaga) maka setidaknya ada 2 tujuan Tuhan:

1. Tuhan akan menjadikan bumi ini sebagai sumber rezeki bagi umat manusia.

2. Tuhan akan menjadikan bumi ini sebagai sumber rezeki bagi mahluk lain di luar manusia yang rezekinya pun bukan urusan manusia.

Secara sederhana apa yang diinginkan Tuhan tersebut dapat dipahami karena dengan pertanian terpadu kita tidak pernah mematikan bahkan mengajak hidup organisme lain. Contoh organisme tersebut adalah cacing dan bakteri perombak bahan organik yang ikut hidup ketika kita bertani walaupun mungkin organisme tersebut tidak kita tumbuhkan atau kita tidak bermaksud menghidupi organisme tersebut. Inilah yang dimaksud bahwa Tuhan pun akan menjadikan bumi ini sebagai sumber rezeki bagi mahluk lain yang rezekinya bukan urusan kita. Secara ilmiah aktivitas dari “mahluk lain” tersebut akan meningkatkan produktivitas dari lahan kita dan secara agamawi mahluk lain akan terus berdoa akan keberhasilan dan keberlanjutan pertanian terpadu ini agar mereka pun dapat terus melanjutkan kehidupannya.

V. PENUTUP

Pertanian terpadu merupakan pilar kebangkitan bangsa Indonesia dengan cara menyediakan pangan yang aktual bagi rakyat bangsa ini. Pengujian kebenaran melalui metode sains falsafiyyah menunjukkan bahwa kebenaran pertanian terpadu berada pada taraf ilm al-yaqin, ain al-yaqin danhaq al-yaqin. Dengan demikian tidak ada keraguan dari kita terhadap kebenaran pertanian terpadu sehingga apabila hal ini dapat dilaksanakan dan dikembangkan, dapat diharapkan bangsa ini dapat tampil sebagai bangsa yang disegani dan menyongsong masa hadapan dengan mantap, apalagi pada era kesejagatan (globalisasi) nanti.

PUSTAKA

Nasoetion, A.H. 1999. Pengantar ke filsafat sains. Litera Antar Nusa. 229 hal.

Sumber: http://tumoutou.net/702_04212/r_umar_hs.htm

Pertanian Padi dan Ternak Itik Jepang

Pendahuluan Keluarga Takao Furuno San melakukan usaha pertanian dengan sekala kecil, mereka mempunyai tanah hanya 2 ha, dimana 1,4 ha digunakan untuk usaha pertanian terpadu padi dan bebek, sisanya yang 0,4 ha digunakan untuk pertanian sayu-mayur tanpa menggunakan pestisida. Pertanian milik keluarga ini mempunyai teikei (pelanggan, pembeli langsung) sebanyak 100 keluarga. Sepuluh tahun pertama Furuno san memelihara bebek Aigamo, bebek persilangan antara bebek liar dan bebek jinak. Furuno san setiap hari bangun pagi-pagi dan menghabiskan waktunya bekerja di sawah padi di bawah terik sinar matahari. Setelah selama sepuluh tahun bergelut dengan bebek Aigamo, Furuno san sangat mensyukuri pengalamannya yang penuh tantangan tersebut. Pada 12 tahun terakhir dia mengabdikan tenaganya untuk penelitian lapangan tentang pertanian terpadu padi dan bebek. Apabila petani Asia menanam padi biasanya akan selalu ditemui bebek. Sawah padi dan bebek mempunyai hubungan yang sangat dekat dan tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi bebek pada umumnya dipandang rendah di beberapa negara. Di Jepang terdapat ungkapan perasaan “klesotan bebek”. Di Indonesia orang yang hanya sukanya mengikut saja disebut “Membebek”. Di Vietnam orang bilang “Jika kamu ingin kaya peliharalah ikan, jika kamu ingin memperoleh uang peliharalah babi, jika kamu ingin miskin peliharalah bebek”. Akan tetapi, jika bebek dan tanaman padi digabungkan dalam pertanian terpadu padi dan bebek, akan menjungkirbalikan pepatah tersebut diatas. Sehingga kita perlu mempertimbangkan kembali pemanfaatan bebek dalam usaha pertanian. Ide dasar Apakah yang dimaksud pertanian terpadu padi dan bebek ? Furuno san menjawab dengan definisi sederhana istilah tersebut dimulai dengan pengertian umum. Bebek Aigamo adalah hasil persilangan antara pejantan bebek liar dan betina yang telah diternakan. Dia memelihara bebek Aigamo di sawahnya yang ditanami padi karena mempunyai daya tahan yang kuat, dagingnya enak, dan dapat bekerja dengan baik. Dia menganjurkan agar kita menggunakan bebek asal negara kita masing-masing. Unggas air dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu bebek asli, angsa dan bebek Muscovy. Diantara ketiga bebek ini, bebek Muscovy merupakan bebek yang paling lemah terhadap air sehingga tidak cocok untuk pertanian terbadu dengan padi. Begitu juga angsa juga tidak cocok untuk pertanian terpadu dengan padi karena angsa suka memakan daun padi. Bebek biasa dengan ukuran yang kecil paling baik untuk dipelihara sawah padi. Teknik umum pertanian padi dan bebek yang dia laksanakan adalah sebagai berikut: a. Sawah padi ditutup dengan pagar bambu, jaring, aliran listrik, dan bahan-bahan lainnya. Penutupan sawah ini bertujuan untuk menjaga bebek dari terkaman predator (pemangsa bebek) dan mencegah bebek lepas keluar sawah. b. Satu sampai dua minggu setelah penanaman bibit padi, anak bebek yang berumur 1-2 minggu dilepas di sawah dengan jumlah yang proporsional yaitu 20-30 ekor per 10 are. c. Anak bebek dipelihara dengan cara melepaskannya di sawah baik siang maupun malam sampai dengan saatnya bulir padi terbentuk (di Jepang sekitar 2-3 bulan). Seperti dilakukan di pedesaan di Negara Asia pada umumnya bebek hanya dilepas di sawah pada siang hari saja kemudian digiring masuk kandang pada sore hari dengan alasan untuk mencegah bebek tersebut dicuri orang. Untuk percobaan, dilepaskan anak Aigamo di sawah padi setelah penanaman bibit padi. Anak bebek akan berenang keseluruh penjuru sawah padi, dengan rakus memakan rumput liar (gulma), serangga, katak, berudu dan lumpur di sawah padi. Anak bebek ini akan tumbuh dengan cepat. Tanaman padinya akan terbajak dengan baik, keluar cabang dengan baik, dan tumbuh dengan pesat. 1. Pertanian terpadu padi dan bebek tidak hanya teknik penyiangan Melepaskan unggas air ke sawah padi merupakan perkerjaan yang sangat sederhana. Akan tetapi keberhasilan kegiatan ini sangat bervariasi tergantung kepada orang, negara dan waktu. Yang sangat menarik, masih banyak orang yang beranggapan bahwa bebek Aigamo hanya digunakan untuk penyiangan saja. Menurut teknik pertanian terpadu padi dan bebek ini, sawah padi ditutup dengan pagar beraliran listrik, jaring dan sebagainya, bertujuan untuk menciptakan lingkungan dimana bebek Aigamo dan padi dapat menjalin simbiose yang saling menguntungkan. Furuno san menyebut simbiose ini sebagai “Dunia satu bebek dapat manfaat banyak”. Pertanian padi dan bebek telah terpadu dalam sawah padi secara organis. Bebek mempunyai 6 manfaat untuk budidaya padi: 1. Manfaat untuk penyiangan, 2. Manfaat pengemdalian hama penyakit, 3. Manfaat pemupukan, 4. Manfaat pembajakan dan penggemburan tanah sepanjang waktu, 5. Manfaat mengendalikan keong emas, 6. Manfaat stimulasi pertumbuhan padi. Di sisi lain sawah padi mempunyai manfaat untuk pemeliharaan bebek seperti berikut: 1. Penggunaan sumber alami sebagi makanan seperti gulma, serangga, air tanaman, 2. Penggunaan ruang yang tersisa di sawah padi sebagai habitat bebek, 3. Penggunaan air yang berlimpah, 4. Sebagai tempat bebek bersembunyi dibawah daun padi. Pada tahun belakangan ini, sistem ini menjadi bertambah variasi dan kreasinya dengan adanya penambahan ikan, azolla, dan peningkatan-nitrogen. 2. Gulma dan serangga ada untuk tanaman padi Tidak ada sesuatupun didunia ini yang tidak mempunyai manfaatnya. Semua akan berjalan sesuai dengan aturan yang telah diciptakan dalam ekosistem di planet bumi ini. Memang benar di sawah padi terdapatnya gulma dan hama penyakit. Akan tetapi, dalam pertanian modern, pendapat manusia tentang bercocok tanam padi telah didengungkan secara berlebihan bahwa gulma dan hama penyakit dijastifikasi hanya sebagai makhluk hidup yang selalu berbahaya dan mengganggu yang harus diberantas. Banyak orang telah mengendalikan dan memberantasnya dengan herbisida dan pestisida. Akan tetapi siatuasi akan berubah sama sekali apabila bebek dilepas di sawah padi. Opini yang telah dibangun tersebut di atas segera terbukti sebaliknya. Menarik sekali serangga dan gulma yang kita anggap sebagai “makhluk jelek” menjadi makanan yang sangat berguna untuk bebek, dan dapat dirubah menjadi daging, sedangkan kotoran bebek menjadi pupuk tanaman padi, dan dirubah menjadi beras. Akhirnya terhidanglah makanan berupa daging dan nasi yang menjadi santapan lezat kita. Furuno san berkata bahwa cerita ini adalah lelucon, tetapi beberapa tahun kemudian, apa yang dikatakan menjadi kenyataan. Teknik ini terdapat sedikit kontradiksi. Empat atau lima minggu setelah melepas bebek ke sawah padi, jumlah gulma dan serangga menurun secara tajam sebagai hasil dari “efek bebek”. Ini adalah dampak alami yang ditimbulkannya dan yang kita inginkan. Akan tetapi keadaan ini juga bisa menimbulkan penurunan persediaan alami makanan bebek di sawah padi. Maka dari itu kemudian muncul ide baru, Furuno san mulai menumbuhkan gulma yang disebut azolla sebagai “tanaman pakan” di sawah padi untuk makanan bebek. Dengan kata lain, Furuno san aktif menumbuhkan gulma di sawah padi. Kita dapat menyebutnya sebagai suatu pembalikan pemikiran yang terbalik. 3. Perbandingan dengan pertanian padi modern Pertanian terpadu padi dan bebek sama sekali bukan teknik pertanian baru. Teknik ini merupakan penemuan kembali dan pembangunan kembali teknik lama. Akan menjadi jelas ketika kita membandingkannya dengan pertanian modern. Pertanian padi modern menggunakan metoda tunggal untuk menangani masalah, yaitu dengan mengaplikasikan herbisida untuk memberantas gulma, dan menggunakan pestisida dan bahan kimia lain untuk memberantas hama dan penyakit tumbuhan, dan menggunakan pupuk kimia untuk menyediakan unsur hara tanah. Cara ini merupakan pendekatan “Plester penutup luka”, mengobati satu demi satu gejala yang tampak. Akan tetapi bebek dapat melakukan sendiri semua peran tersebut. Hal ini merupakan kunci menuju teknik yang sempurna, “Bebek satu - berkat berlimpah”. 4. Bebek sebagai binatang pekerja yang bahagia Pertanian model lama, begitu mudahnya menggunakan pestida, herbisida, dan pupuk kimia, tetapi mereka perlu input dari luar lainnya yaitu perlu tenaga untuk menyemprotkannya pada hamparan sawah padi. Dan kalau menggunakan mesin spray, diperlukan orang lagi untuk menjalankan mesin tersebut. Akan tetapi, pada pertanian terpadu padi dan bebek, bebek di sawah padi dapat melakukan semua aktifitas baik penyiangan gulma, pembasmian hama, maupun pemupukan. Tidak diperlukan manejemen yang sulit .atau input tenaga tambahan banyak. Maka dari itu bebek disebut “tenaga kerja binatang”. Tenaga kerja bebek sama sekali berbeda dengan tenaga kerja binatang lain seperti kuda untuk menarik muatan barang yang berat atau sapi yang digunakan untuk membajak sawah. Kuda dan sapi dipekerjakan di lapangan mengeluarkan energi banyak, sedangkan bebek melaksanakan kerjanya sambil makan, bermain, buang kotoran dan tidur, kegiatan yang menyenangkan. Sebagai hasil bebek dan padi tumbuh secara alami. Sebenarnya bebek tersebut tidak bekerja dengan perintah tertentu, tetapi bebek dapat bergerak bebas dan senang. Kita dapat mengatakan disini bahwa bebek merupakan “binatang pekerja yang bahagia” Bebek dapat bermain dan bergerak lebih bebas di sawah padi, dibanding broiler yang berada dalam kandang ayam yang padat dan sedikit angin. Furuno san suka pada pertanian terpadu padi dan bebek sebagai “peternakan bebas”. Bebek tidak hanya bekerja, tetapi juga memupuk padi dan melakukan banyak peran. Pertanian terpadu padi dan bebek dapat kita dinikmati. Metoda peternakan ini dengan jelas dapat memanfaatkan potensi secara penuh peternakan di Asia. 5. Potensi ketahanan siklus 5.1. Petanian padi modern menciptakan sistem yang melemah Pada setiap pertengahan Juni kita dapat menikmati keindahan pemandangan sawah padi di seluruh Jepang. Dalam rangka mengurangi timbulnya gulma, hama, dan penyakit, pada pertanian organik tradisional, dalam penanaman sayur-sayuran, biasa dilakukan pergantian komoditi tanaman, pergantian lahan, dan tumpangsari tanaman dengan menggunakan berbagai varietas sayur-sayuran. Akan tetapi pada pertanian padi modern, hanya difokuskan pada produksi jangka pendek dengan menggunakan sedikit pekerja. Pada kasus pertanian padi organik, juga hanya satu jenis komoditi yang ditanam. 5.2. Diversifikasi yang kreatif Dengan melepas bebek dalam satu tanaman monoculture padi saja, kita dapat meningkatkan keanekaragaman tumbuhan sambil mengendalikan pertumbuhan (seperti diversifikasi) gulma dan hama penyakit. Kalau kita dapat membuat ekosistem yang baru dan beranekaragam dimana padi, bebek dan tanaman air tumbuh bersama. Ini yang diinginkan dalam pertanian terpadu padi dan bebek. Sejak tahun 1993, Furuno san berusaha meneruskan peningkatan keaneragaman dengan memasukan azolla, paku air untuk peningkatan nitrogen ke dalam sawah padi dan bebek. Yang menarik dalam pertanian terpadu padi bebek adalah bagaimana meningkatan keaneragaman secara kreatif yang dapat meningkatkan produktivitas. 5.3. Pertanian padi sebagai siklus yang kekal Untuk memperlihatkan dengan jelas ciri khas pertanian terpadu padi dan bebek, Furuno san membuat perbandingan sekema siklus “pertanian padi modern”, “pertanian padi organik” dan “pertanian terbadu padi dan bebek”. Pengembangan pertanian padi modern dengan ciri melakukan penggantian tenaga kerja dengan sejumlah energi bahan bakar fosil yang diimpor disertai input eksternal lainnya. Pertanian padi organik polusi yang ditimbulkan relatif lebih sedikit, karena tidak menggunakan pupuk kimia dan bahan kimia lain yang diproduksi secara industri. Akan tetapi Jepang sangat tergantung pada sumber bahan baku asal luar negeri sebagai material untuk pembuatan pupuk kompos dan organik. Dapat dikatakan bahwa padi organik yang tumbuh di Jepang berdasarkan kesuburan tanah luar negeri. Akan tetapi pada kasus pertanian terpadu padi dan bebek, hanya diperlukan sedikit input external. Gulma dan serangga dimakan oleh bebek, sedangkan bebek memberikan dampak peningkatan pertumbuhan tanaman padi. Pertanian terpadu padi dan bebek lebih kekal dan mempunyai siklus lebih baik dari pada metoda lain. Pertanian terpadu padi, bebek dan azolla merupakan jalan kreatif untuk menciptakan siklus produktif yang kekal. Sumber: Farming Japan Vol.43-3, 2009

Integrasi Peternakan dengan lahan Pertanian

Salah satu upaya untuk mewujudkan pengembangan ekonomi daerah tertinggal yakni dengan cara pembangunan kawasan produksi berbasis komoditas unggulan. Peternakan sapi potong dapat menjadi salah satu komoditas unggulan yang layak dikembangkan guna meningkatkan pendapatan masyarakat daerah tertinggal. Selama ini, sebagian besar pola peternakan sapi potong rakyat masih menggunakan pola tradisional dan belum tersentuh inovasi teknologi tepat guna. Masyarakat masih menganggap ternak sapi hanya sebagai alat bantu dalam pengolahan lahan pertanian. Cara beternak yang masih individual dengan pola pemeliharaan di dekat rumah tinggal dan pemberian pakan seadanya mengakibatkan populasi ternak dan produktifitasnya relatif kurang berkembang. Pola pemeliharaan ternak sapi potong rakyat selama ini perlu diubah guna mempercepat peningkatan produktifitasnya. Pertanian organik terpadu berbasis peternakan terbukti sangat menguntungkan. Integrasi ternak dengan lahan pertanian merupakan upaya percepatan pengembangan peternakan dengan penerapan keterpaduan antar komoditas ternak dengan usaha tanaman pangan, perkebunan dan perikanan yang saling menguntungkan berupa limbah usaha tanaman pangan, perkebunan dan perikanan yang digunakan sebagai pakan ternak untuk ternak dan kotoran ternak dalam bentuk kompos yang digunakan untuk meningkatkan kesuburan lahan pertanian. Kegiatan pertanian terpadu membutuhkan bahan organik dalam jumlah banyak. Dari kegiatan penggemukan sapi potong dapat dihasilkan bahan organik berupa pupuk kandang dan pupuk cair. Sebagai gambaran, dari 3 ekor sapi dapat dihasilkan kotoran yang dapat dipakai untuk memupuk 5 Ha sawah per tahun. Selain itu, dengan teknologi sederhana kotoran ternak dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif menjadi biogas. Pada beberapa peternakan sapi rakyat di Pangalengan pemanfaatan kotoran ternak sudah digunakan sebagai bahan bakar alternatif